Thursday, December 11, 2014

JANGAN TERJERAT DENGAN KURIKULUM


Sekarang ini disana sini semua pelaku pendidikan berbicara tentang kurikulum, pro dan kontra disampaikan dengan berbagai cara dari mulai yang halus sampai dengan yang kasar, para pelaku pendidikan dimanapun berada obrolannya pasti membahas tentang kebijakan kurikulum dengan banyak nada kebingungan mengenai raport.
Secara pribadi saya punya pemikiran bahwa kurikulum itu semuanya baik tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita melaksanakannya di sekolah, memang salah satu yang menunjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah kurikulum, namun apabila pelakunya ( Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas ) tidak melakukan sesuai dengan alur yang diharapkan apakah bisa berjalan dengan baik ?
Mari kita lihat di KBK sebenarnya yang disebut sikap itu sudah ada di dalamnya. Di kurikulum 2006 juga sama ada yang disebut Karakter, sekarang di Kurikulum 2013 juga sama yang di muat di KI 1 dan KI .2. Tetapi mari kita lihat dalam pelaksanaanya, bagaimana para guru memasukan konsep religi dan sikap itu pada saat proses belajar mengajar berlangsung ? sehebat apapun kurikulum yang dibuat tatkala di sekolah kurang terkontrol maka itu akan sia sia. Jadi Apa yang harus dilakuka untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Negara kita ini ?
Sebenarnya yang harus dilakukan oleh kita praktisi Pendidikan adalah konsistensi pelaksanaan dan kontroling yang terus menerus. Pertanyaannya adalah siapa yang harus konsisten ? tentunya semua pihak

1.       Apabila Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan harus  konsisten dengan kebijakan dan control kuat .
a.       Pemerintah berkewajiban memenuhi standar minimal sekolah yang tepat dan terkontrol.
Maksudnya adalah jangan dulu menuntut kualitas yang bagus apabila standar sarana, Tenaga Pendidik terpenuhi contoh : banyak sekolah Negeri di Negara kita ini yang guru PNS nya kepala sekolahnya saja, sedangkan guru guru nya honorer semua. Silahkan hitung dengan 20 dana bos yang diterima harus cukup untuk membayar guru honor. Kalau kita ambil sampel SMP maka biaya untuk honor saja dengan jumlah siswa 180 orang 6 rombel adalah   40 JP  x 6 rombel x 25.000 Rp. 6.000.000,-  sedangkan untuk jumlah siswa 180 bos perbulan adalah Rp. 11.250.000 artinya Rp. 5.250.000 perbulan untuk 7 standar , Pertanyaanya bisakah biaya rumah tangga sekolah terpenuhi ?
Oleh sebab itu yang paling utama adalah
1.       Penuhi dulu semua jumlah guru di tiap sekolah
2.       Penuhi semua sarana ( kelas, WC, Lab IPA dengan isinya, Perpustakaan dengan bukunya, Alat Kantor, Tempat Ibadah, dll )
b.      Pemerintah melakukan Pemetaan Guru yang tepat
Artinya adalah apabila Pemerintah sudah merasa bahwa guru terpenuhi, coba lakukan pemetaan dan rotasi guru sehingga semua sekolah minimal terpenuhi. Karena kenyataanya sekarang ini masih banyak sekolah yang kurang guru.
c.       Konsisten dengan aturan yang dibuat.
Saya ambil contoh permenpan RB no 16 tahun 2009, permen 28 tahun 2010 tentang rekrutmen kepala sekolah , Sudahkah kita melakukannya dengan benar ? masih banyak aturan lain tentang pendidikan yang perlu kita laksanakan dengan baik.
Coba kita lihat benarkah rotasi kepala sekolah sesuai dengan Kompetensi ?
Apakah sudah terjadi secara menyeluruh konsep kepala sekolah kembali jadi guru apabila kompetensinya kurang ?
d.      Pemerintah memberikan Penggajian yang sesuai
Maksudnya adalah berhubungan dengan guru honorer di sekolah negeri dan guru di Swasta ini tentunya harus layak sesuai dengan predikat guru.
e.      Pemerintah melakukan pelatihan yang tepat
1.       Pelatihan untuk Pengawas.
2.       Pelatihan untuk kepala sekolah
3.       Pelatihan untuk Guru

Sekarang ini saudah banyak pelatihan yang dilakukan tetapi apakah sudah tepat sasaran ? bagaimana implementasi dan kontrolingnya ? Siapa dan babagimana konsep pelatihannya ? tentang ini akan akan saya bahas di edisi khusus.
2.       Pengawas Komitmen dengan :
1.       Program Kerja Pengawas
2.       Kerja Pengawas yang profesional
3.       Laporan Kepengawasan
( pembahasan lebih jelas akan kami bahas di edisi khusus )
3.       Kepala Sekolah Komitmen dengan :
1.       Program yang jelas
2.       Melaksanakan Supervisi, analisis supervise, Tindak lanjut supervisi ,
3.       Melaksanakan Program sekolah sesuai dengan Rencana tidak hanya sekedar dokumen.
4.       Memberikan reward dan fanishment
( Pembahasan lebih rinci akan kami bahas di edisi berikutnya )

4.       Guru komitmen dengan :
1.       Merancang Program Pembelajaran yang jelas
2.       Melaksanakan Proses pembelajaran on time
3.       Melaksanakan Proses Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan Metode yang tepat dengan materi yang akan diajarkan
4.       Melakukan evaluasi yang benar.
 
Apabila ini semua sudah terpenuhi dan terlaksana dengan baik, wajar seandainya dituntut masalah kualitas
 Tunggu lanjutannya .......

Wednesday, November 26, 2014

PERMENDIKBUD NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Permendikbud Tahun2014 Nomor103 Lampiran by OBING HOBIR

SURAT MENTRI PENDIDIKAN




Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan,
Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat, bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian. Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia. Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan Bapak Guru.
Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis. Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru. Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru harus dituntaskan.
Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.
Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati, teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak bangsa ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati.
Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan. Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.
Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.
Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar. Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.
Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pada suatu saat, ketika anak-anak kita, murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak bisa bertutur, “Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari Guru”. Seraya, nama Ibu/Bapak Guru disebut. Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.
Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan. Suatu saat kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting. Kelak Ibu dan Bapak dapat berkata, “Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan.”
Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.
Salam hangat,
Anies Baswedan

HINAAN TERHADAP GURU !



Nopember kelabu bagi guru kabupaten Sukabumi, seharusnya tanggal 25 Nopember yang akan datang Guru bergembira , namun kenyataan tanggal 24 Nopember yang akan datang merupakan hari yang sangat tidak menyenangkan bagi guru kabupaten Sukabumi, khususnya teman Kita Bapak Drs. Ujang Soleh, Guru SMP Negeri 2 Sukaraja. Di hari guru ini bukannya mendapatkan penghargaan namun sebaliknya , orangtua siswa yang tidak tahu berterima kasih menuntut guru ke pengadilan.
Tanggal 24 Nopember 2014 yang akan datang merupakan sidang yang ke tiga bagi saudaraku Pejuang Pendidikan, menurut kabar yang bisa dipercaya bahwa Siswa ditegur karena tidak ikut Shalat dhuha.
Orangtua hendaknya berterima kasih kepada guru yang telah mengingatkan anaknya untuk shalat dhuha,  orangtua hendaknya ikut membantu mendidik anaknya, sehingga apa yang dilakukan orangtua, guru dan pemerintah seirama dalam mendidik anak. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh orangtua siswa tersebut secara tidak langsung akan menghancurkan masa depan anak itu sendiri. Buktinya anak malu untuk sekolah, dikucilkan oleh temannya.
Kalau boleh saya berpendapat bahwa ini merupakan hinaan bagi guru. Oleh sebab itu di bulan Nopember ini yang merupakan hari guru mari kita introspeksi diri kita agar apa yang dilakukan oleh kita benar benar relevan dengan konsep mendidik. Sebagai dukungan terhadap teman kita , saya menghimbau kepada semua teman teman guru, mari kita luangkan waktu selama 15 menit, tepatnya di hari senin tanggal 25 Nopember 2014 pkl. 09.00 s/d 09.15 untuk bersama sama mendo’akan agar teman kita terbebas dari tuduhan.